HAMA PENGGANGGU TANAMAN
A.
Kutu Loncat Lamtoro (Heteropsylla cubana)


Sistematika
kingdom : Animalia,
filum : Arthropoda,
kelas : Insecta,
ordo : Hemiptera,
subordo : Sternorrhyncha,
superfamili : Psylloidea,
famili : Aphalaridae,
Spesies : (Diaphorina
citri)
Bioekologi
Kutuloncat ini sulit dilihat dengan mata telanjang
karena ukurannya yang sangat kecilyaitu serangga dewasa sekitar 2 mm. Kutu ini
berwarna hijau hingga kuning. Kutuloncat dewasa akan segera meloncat dan
terbang bila merasa terganggu atau terancam. Serangga muda mirip dengan
serangga dewasanya, tetapi ukurannya lebih kecil dan tidak bersayap sehingga tidak bisa terbang.
Tanaman yang Diserang dan Gejala
Serangannya
Tanaman yang diserang hama ini jelas adalah
Lamtoro. Tanaman
yang terserang pada bagian tangkai, kuncup daun muda. gejala serangan pada
umumnya tunas menjadi keriting sehingga menghambat pertumbuhan apabila serangan
cukup parah maka bagian tersebut akan mati.
Cara Pengendaliannya
Usaha pengendalian kutu loncat lamtoro dilakukan
dengan cara mendatangkan predator, Curinus
coeruleus. Sifat biologi Curinus coeruleus adalah tidak "host
specific" yaitu tidak spesifik inang. Kumbang ini dapat juga memangsa
serangga lain selain kutu loncat lamtoro. Perkembangan hidup Curinus coeruleus dipengaruhi oleh jenis
kutu tanaman yang dimangsanya.Yang dapat menjadi predator bagi kutu loncat
lamtoro adalah imago Curinus coeruleus serta larvanya. Namun yang
paling efektif menjadi pemangsaadalah larvanya karena larva paling banyak
memakan kutu loncat untuk pertumbuhannya.
Selain itu pengendalian menggunakan cara
biologis dengan memanfaatkan parasit dari nimfa tetrastichus
radiatus dan diaphorenxyrtus aligarhensis, apabila serangan kutu
loncat diatas ambang kewajaran maka pengendalian menggunakan insektisida dapat
dilakukan.
B.
Penggerek
Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)


Sistematika
Kingdom
: Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Gracillariidae,
Genus
: Conopomorpha,
Spesies : C. cramerella.Snellen
Bioekologi
Hama Conopomorpha
cramerella merupakan serangga tipe penggerek. Serangga ini aktif pada
malam hari. Metamorposanya sempurna, yaitu dari telur, larva, kepompong, dan
serangga dewasa. Telur berbentuk oval dan berwarna kuning orange pada saat baru
diletakkan.
Warna dasar serangga dewasa adalah
cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan spot
oranye pada ujung sayap. Siklus Hidup PBK terdiri dari stadium telur 2-7 hari,
larva 14-18 hari, dan pupa 5-8 hari, serta serangga dewasa 5-8 hari.
Sekurangnya dibutuhkan waktu 35 – 45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari
telur menjadi imago (serangga dewasa), sehingga wajar dalam waktu yang cukup
singkat perkembangan hama PBK ini sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini
sama seperti umumnya serangga lain yaitu : telur, larva, pupa dan imago. Telur
Pada fase telur, PBK akan bertelur dengan warna merah jingga. Telur-telur
tersebut akan diletakkan induk betinanya pada kulit buah. Bentuk telur itu
sendiri sulit diidentifikasi saking kecilnya dan sukar dilihat dengan mata telanjang.
Telurnya berukuran panjang 0.8 mm dan lebar 0.5 mm.
Serangga dewasa dapat bertelur antara
50 – 100 butir pada setiap buah kakao. Untuk imago panjangnya 7 mm, lebar 2 mm,
memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat
bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam, memiliki antena yang panjang
serta runcing.
Tanaman yang Diserang dan
Gejala Serangannya
Tanaman yang sering diserang oleh PBK
adalah buah Kakao, disamping itu juga ia menyerang tanaman rambutan. Hama ini
termasuk hama endomik yang menyerang kakao karena habitat aslinya yaitu
rambutan hampir punah. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) tergolong
serangga hama yang sulit dikendalikan, karena setelah telur menetas, larva yang
keluar akan langsung bergerak dan mulai membuat gerekkan lubang tepat di bawah
tempat meletakkan telur, lalu masuk ke dalam buah kakao. Di dalam buah, larva
akan menggerek daging buah kakao tepat di bawah plasenta (saluran makanan).
Bahkan bagian diantara biji serta plasentanya pun ikut digerek, sehingga
menyebabkan biji gagal berkembang karena menjadi saling melekat dan
bentuknya .
Pengendalian
Pengendaliannya dilakukan dengan : (1) karantina;
yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK;
2) pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m
sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen; (3) mengatur cara panen, yaitu
dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan
dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam; (4)
penyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik
dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga
mencegah serangan hama helopeltis dan tikus.; (5) cara kimiawi: dengan
Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan
volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

Sistematika
Kingdom :
Animalia
Phylum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Pulmonata
Famili : Achanidae
Genus : Achatina
Species : Achatina fulica
Bioekologi
Achatina fulica
adalah salah satu hama yang sering merusak tanaman budidaya. Hewan ini tergolong hewan molusca (bertubuh
lunak) dari ordo pulmonasa. Tubuh bekicot yang lunak terlindung oleh shell
(cangkang) yang keras. Bekicot dewasa mempunyai cangkang dengan ukuran sekitar
10-13 cm. Pada siang hari bekicot bersembunyi di tempat yang
terlindung. Telur diletakkan di bawah batu, tanaman atau dalam tanah yang
gembur, dan akan menetas dalam waktu 10-14 hari. Pada bagian anterior, terdapat dua
pasang antena yang pada masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung bawah
anterior terdapat mulut dan radula (perut).
Lubang
pernafasan dan anus terdapat pada sisi mantel tubuh dekat dengan cangkang.
Sedangkan lubang genetalia terdapat disamping sebelah kanan. Tubuh bekicot
dilengkapi dengan kaki semu. Bekicot mempunyai tipe alat mulut mandibulata
dimana hewan ini merupakan hewan yang menggigit serta mengunyah makanannya.
Tanaman
yang Diserang dan Gejala Serangan
Achatina fulica umumnya menyerang tanaman anggrek, dan tomat. Pada tanaman
anggrek kerusakan yang ditimbulkan
akibat serangan hama ini adalah cukup besar. Akar-akar muda, tunas baru, dan
kuncup bunga adalah makanan paling lezat bagi bekicot ini. Anggrek bulan
merupakan tanaman anggrek yang paling sering diserang oleh hewan molusca ini.
Biasanya melancarkan serangannya pada malam hari. Serangan hama akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan maupun pembungaan pada tanaman anggrek.
Bahkan dalam kondisi parah bisa menyebabkan kematian.
Pada tanaman tomat, serangan terjadi pada seluruh bagian tanaman. Bagian tanaman yang terserang terpotong-potong tidak beraturan seperti daun pada tanaman tersebut. Hewan ini memakan daun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Selain merusak daun, juga merusak bunga dan pucuk tanaman, bahkan selusur tanaman muda, baik tanaman muda maupun tanaman yang sudah tua. Gejala serangan dari bekicot yaitu adanya bekas gigitan dan adanya lendir yang apabila lendir tersebut mengering maka akan tampak mengkilat. Lendir-lendir tersebut akan dikeluarkan oleh bekicot saat berjalan.
Siput juga dapat menyerang tanaman pare. Tanaman terkoyak-koyak dan rusak. Bila tanaman masih kecil, serangan siput bisa mematikan. Bagian tumbuhan yang diserang bekicot berbeda-beda mulai dari bagian kulit batang, daun, bunga, buah, tumbuhan muda, sisa tumbuhan yang telah kering sampai bagian keseluruhan dari tumbuhan tersebut.
Pengendalian hama
Pengendalian hama
bekicot di antaranya dapat dilakukan dengan cara:Pemberantasannya
dengan membuang dan membasmi semua bekicot yang berada di tanaman dan sekitar
tanaman. Bila dalam jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan
bubuk prusi. Selain itu dapat dilakuakan dengan sanitasi
lingkungan yaitu dengan membersihkan areal pertanaman karena hama ini menyukai
tempat-tempat yang lembab dan kotor.
Pengendalain secara
biologi dapat dilakukan dengan menggunakan Jamur Metharizium,
karena Metharizium anisopliae merupakan salah satu mikroba yang dapat
mengendalikan hama tanaman termasuk hama bekicot ini.
Pengendalian bekicot
juga dapat dilakukan dengan
merendam pot dalam larutan Diderin 25 P. Atau bisa dengan Methadex powder.
Dengan menaburnya disekitar pot, atau pada tempat-tempat persembunyiannya.
Pengendalian ini paling efektif pada tanaman anggrek.
**Terimakasih :) jangan lupa like dan komentarnya ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar